Pendahuluan Al-Qur’an bukan hanya kitab hukum dan ibadah, melainkan juga sumber utama dalam memahami hakikat manusia, termasuk aspek psikologis dan kepribadiannya. konteks masa kini yang ditandai dengan kemajuan teknologi, tekanan sosial, dan identitas, ayat-ayat Al-Qur’an tentang karakter manusia menjadi sangat relevan. Artikel ini menguraikan secara terperinci ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas psikologi manusia, serta menjelaskan maknanya dalam konteks kontemporer.
1. Tergesa-Gesa dan Impulsif (QS Al-Isra’: 11) “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu bersifat tergesa-gesa.”
Di era digital, budaya instan sangat dominan. Manusia ingin hasil cepat tanpa proses, seperti viral instan atau sukses tanpa usaha. Ayat ini mencerminkan sifat impulsif, yang dalam psikologi modern disebut sebagai ketidakmampuan menunda kepuasan. Banyak orang membuat keputusan emosional tanpa pertimbangan matang, termasuk dalam memilih gaya hidup, konsumsi, atau bahkan menyebarkan informasi.
2. Keluh Kesah dan Kikir (QS Al-Ma’arij: 19–21) _”Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir…”
Manusia cenderung mengeluh saat tertimpa musibah dan menjadi kikir saat diberi nikmat. Dalam kehidupan modern, fenomena ini muncul dalam bentuk mentalitas korban (victim mentality), kurangnya empati sosial, dan krisis syukur. Media sosial memperkuat sikap membandingkan hidup dengan orang lain, menyebabkan frustrasi dan stres.
3. Potensi Baik dan Buruk (QS Asy-Syams: 7–10) _”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya…”
Manusia memiliki potensi untuk baik atau buruk. Kebebasan memilih ini sangat penting dalam konteks kontemporer di mana manusia dihadapkan pada berbagai godaan dan distraksi moral. Dalam psikologi Islam, ini menjadi dasar dari pendidikan karakter dan pengembangan kepribadian (tazkiyatun nafs).
4. Cinta Berlebihan pada Harta (QS Al-Fajr: 20) _”Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan.”
Kecintaan terhadap harta seringkali melampaui batas. Budaya materialistik membuat banyak orang mengukur nilai dirinya dari kekayaan, aset digital, dan tampilan luar. Hal ini melahirkan kecemasan sosial dan krisis makna hidup. Al-Qur’an memperingatkan agar cinta dunia tidak melalaikan dari tujuan hidup yang hakiki.
5. Sifat Lupa dan Lalai (QS Thaha: 115) _”Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam… tetapi ia lupa.”
Lupa adalah sifat manusiawi. Dalam konteks modern, tekanan hidup, multitasking, dan overload informasi membuat manusia mudah lalai. Ayat ini memberi pelajaran bahwa kesalahan adalah bagian dari proses, tetapi harus disertai kesadaran dan usaha memperbaiki diri.
6. Banyak Membantah (QS Al-Kahfi: 54) _”Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”
Di era media sosial, debat kusir, hate speech, dan keinginan untuk selalu menang semakin marak. Ayat ini mencerminkan sifat manusia yang cenderung mempertahankan ego dan menolak kebenaran. Dalam psikologi modern, ini bisa dikaitkan dengan perilaku narsistik dan bias kognitif.
7. Religius Saat Sulit (QS Yunus: 12) _”Apabila ditimpa bahaya, dia berdoa… tetapi setelah selamat, seolah-olah dia tidak pernah berdoa…”
Fenomena “agama musiman” terjadi ketika seseorang hanya mendekat kepada Tuhan saat tertekan, lalu lalai ketika lapang. Ini menunjukkan bentuk spiritualitas reaktif yang tidak stabil. Ayat ini mengajak kita membangun hubungan dengan Tuhan secara konsisten, bukan hanya saat butuh.
8. Hidup adalah Ujian (QS Al-Balad: 4) _”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
Al-Qur’an menegaskan bahwa kesulitan adalah bagian dari hidup. Dalam dunia kontemporer yang sering menjual mimpi kemudahan, ayat ini mengingatkan bahwa kerja keras, ketangguhan, dan kesabaran adalah bagian dari proses menjadi manusia utuh.
Penutup Al-Qur’an memberikan gambaran psikologis manusia secara menyeluruh: lemah, pelupa, egois, namun juga memiliki potensi luar biasa untuk taqwa dan kebajikan. Kajian tafsir kontemporer membuktikan bahwa nilai-nilai Qur’ani sangat relevan untuk menjawab tantangan kejiwaan dan moral manusia modern. Untuk membentuk pribadi yang sehat secara mental dan spiritual, memahami dan mengamalkan pesan-pesan Al-Qur’an menjadi kebutuhan utama di era penuh distraksi ini.