Psikologi menurut tafsir adalah kajian tentang jiwa, akal, emosi, dan perilaku manusia sebagaimana dipahami dan dijelaskan oleh para mufasir (ahli tafsir) melalui penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an. Meski istilah “psikologi” dalam arti modern tidak secara eksplisit digunakan dalam Al-Qur’an, namun konsep-konsep inti tentang jiwa (nafs), hati (qalb), akal, dan ruh banyak dibahas dalam tafsir.
Berikut adalah beberapa konsep psikologi menurut tafsir Al-Qur’an:
1. Nafs (Jiwa)
Para mufasir membagi nafs menjadi beberapa tingkatan, antara lain:
-
Nafs al-Ammarah bis-Su’ (jiwa yang mengajak pada kejahatan)
-
QS Yusuf [12]: 53
-
Tafsir: Jiwa manusia memiliki kecenderungan dasar terhadap keburukan. Dalam tafsir Al-Jalalain dan Al-Maraghi, ini adalah jiwa yang belum terlatih, masih dikuasai hawa nafsu.
-
-
Nafs al-Lawwamah (jiwa yang menyesali kesalahan)
-
QS Al-Qiyamah [75]: 2
-
Tafsir: Jiwa yang mulai sadar dan menyesali perbuatan dosa. Tafsir Ibn Katsir menyebut ini sebagai tanda jiwa yang aktif merefleksi.
-
-
Nafs al-Muthma’innah (jiwa yang tenang)
-
QS Al-Fajr [89]: 27-30
-
Tafsir: Jiwa yang sudah mencapai ketenangan dan ketundukan total kepada Allah. Tafsir al-Razi menyebut ini sebagai bentuk tertinggi perkembangan jiwa.
-
2. Qalb (Hati)
-
Qalb dalam tafsir bukan sekadar organ fisik, tetapi pusat kesadaran dan spiritualitas.
-
Hati bisa:
-
Sakit (maradh) → QS Al-Baqarah [2]: 10
Tafsir: Al-Qurtubi menjelaskan ini sebagai kondisi spiritual yang disebabkan oleh syubhat atau syahwat. -
Tertutup (akinnah) → QS Al-An’am [6]: 25
Tafsir: Al-Tabari mengatakan hati ini tertutup dari cahaya kebenaran. -
Mati → QS Al-Baqarah [2]: 7
Tafsir Ibn Katsir: akibat terus-menerus menolak kebenaran.
-
3. Aql (Akal)
-
QS Yunus [10]: 100 – “…Allah menjadikan kotoran bagi orang-orang yang tidak menggunakan akalnya.”
-
Tafsir: Menurut Al-Alusi, akal dalam Al-Qur’an adalah sarana untuk memahami wahyu, bukan hanya berpikir rasional.
-
Akal sehat membawa manusia pada iman; akal yang rusak membawa pada kesesatan.
4. Ruh (Roh)
-
QS Al-Isra’ [17]: 85 – “…Katakanlah: Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku…”
-
Tafsir: Ruh adalah aspek ilahiah manusia yang hanya diketahui secara terbatas. Dalam tafsir Al-Razi dan Al-Qushayri, ruh adalah sumber kehidupan dan kesadaran spiritual.
5. Emosi dan Perilaku
Al-Qur’an juga membahas:
-
Marah (ghadab) – QS Ali Imran [3]: 134
Tafsir: Orang beriman mampu menahan amarah, menurut Tafsir Ibn Katsir, ini menunjukkan kekuatan psikologis. -
Takut (khauf) – QS Al-Baqarah [2]: 155
Tafsir: Rasa takut sebagai ujian keimanan dan bagian dari pengasahan jiwa.
Kesimpulan:
Dalam tafsir Al-Qur’an, psikologi dipahami sebagai perjalanan jiwa manusia dalam mengenal dirinya, mengendalikan hawa nafsunya, menyucikan hatinya, dan menggunakan akalnya untuk mendekat kepada Allah. Tafsir memberikan kerangka spiritual yang kuat dalam memahami perilaku manusia, yang selaras dan melampaui pendekatan psikologi modern.
Jika kamu ingin, saya bisa buatkan tabel ringkasan, atau menjelaskan perbedaan dengan psikologi modern. Mau?